ingin punya penghasilan per hari 100 rb , silahkan gabung di link ini , buruaann

Komisi Gratis | Bisnis Online Tanpa Modal

Selasa, 18 September 2012

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN, AGAMA DAN KEBUDAYAAN


A.    Hubungan Filsafat dengan Agama
Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang benar yang perlu ditemukan. Manusia menjadi penganutnya yang setia terhadap agama karena manurus keyakinannya agama telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin dapat diuji dengan pengalaman maupun oleh akal sepert halnya menguji kebenaran sains dan filsafat karena agama lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan.
Agama merupakan sesuatu yang ada, karena keberadaanya itulah makanya agama dikatakan pengkajian filsafat. Landasan agama atau tauhid meurupakan landasan utama yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk keselamatan di dunia dan menjadi bekal di akhirat nanti. Misalnya dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajran bagi anak didik, dimana landasan tauhid dan spritual keagaaan ini menyangkut dengan hakikat menusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu pendidikan dan pembelajaran yang harus dilakukan harus mengacu pada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai aqidah dan spritual kegamaan yaitu menurut ajaran agama islam. Pandangan filsafat menurut agama islam tertuang semua pada Al-qur’an yang dijadikan seabgai pegangan dan pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman. Karena dia yakin bahwa semuanya. Baik hidup, mati, kapan, dan dimanapun ia berada adalah kekuasaan dan kehendak yang maha kuasa yaitu Allah SWT.
Beberapa pendapat para ahli tentang hubungan filsafat dengan agama, yaitu:
a)      Ada yang mengatakan filsafat dan berpangkal dari wahyu dari Tuhan konsekuensinya adalah filsafat bukanlah suatu ilmu yang berdiri sendiri, yang otonom, tidak berdasarkan kodrat akal budi manusia, melainkan sama sekali tergantung dari dan ditentukan isinya oleh agama. Eksitensi filsafat menjadi “filsafat agama”, dibagi menjadi dua macam yaitu:
1)      filsafat agama yang pada umumnya adalah hasil pemikiran dasar-dasar agama yang bersifat analitis rasional dan kritis, tapi bebas dari ajaran-ajaran agama.
2)      filsafat suatu agama atau theology membahas dasar-dasar yang terdalam tentang suatu agama tertentu, misal theology islam, pembasannya tidak mempersalahkan kebenaran agamanya karena sepenuhnya diterima sebagai kebenaran.
b)      Ada yang mengatakan yang ada pada kita, yaitu hanya akal budi manusia saja, sedangkan agama dan kepercayaan mereka dianggap kolot. Untuk pendapat ini ada aliran filsafat rationalisme dengan tokoh-tokohnya:
·         Rene Descartes yang terkenal dengan ucapanya “Cogito ergo sum; jepense doncje suis; sive existo” artinya saya berfikir karena itu saya ada.
·         Benedictus ce Spinoza. Hanya ada satu substansi yang meliputi segala sesuatu yang dinamakannya “dues sive substantie” atau “dues sive natura” yang memiliki dua macam bentuk, yang satu memiliki tanda kekuasaan, yang lain memiliki tanda kesadaran.
·         Gottfried Wilhelm Leibnitz. Terkenal dengan ajarannya “monade”, bahwa yang merupakan kekuatan adalah gaya atau kekuatan.
c)      Menurut filsuf Bertrand Russell: “Antara agama (theologi) dan ilmu pengetahuan terletak suatu daerah yang tak bertuan. Daerah ini diserang baik oleh agama (theology) maupun oleh ilmu pengetahuan. Daerah tak bertuan ini adalah filsafat”.
Dimana dapat dikatakan hubungan filsafat dengan agama diantaranya adalah setiap orang diharapkan merenung dalam hikmah untuk menjadi proses pendidikan dan usaha-usaha pendidkan suatu bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga negara agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan menjadi warga negara sadar dan insaf tentang hidup serta mempunyai tauladan yang dapat dijadikan perinsip dan keyakinan.
    Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Menurut Jalaludin & Idi (2007: 32) filsafat pendidikan merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai. Menurut Jalaludin & Idi (2007: 32) hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan adalah:
1.      Filsafat merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai untuk memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
2.      Filsafat berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3.      Filsafat, dalam hal ini fisafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
 
Pandangan filsafat pendidikan sama pernaannya dengan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Formula tentang hakekat dan martabat manusa serta masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh filsafat yagn dianus bangsa Indonesia dilandasi oleh fislafat yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari agama sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenaan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja
2.      Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam
3.      Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan mengkoordinasikannya
4.      Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut pandangannya berlainan.
Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seorang guru sebagai pendidik dia mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pada masalah pendiidkan pada umumnya serta bagaimana masalah itu mengganggu pada penyekolahan yang menyangkut masalah perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutama dalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengujian kopetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan.
Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, dalam hal ini pendidikan bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekantya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yagn timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena bersifat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Jadi, antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubung­an yang erat sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem pendi­dikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
C.    Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan
Pada dasarnya kebudayaan adalah semua ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu pendidikan adalah proses pengoperan kebudayaan dalam arti membudayakan manusia aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental, tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian anak didik. Jadi hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah terdapat hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
Perlu disadari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa dan negara hidup dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengambangan sosial budaya yang dilakukan melalui pendidikan. Agar pendidikan berjalan dengan baik. Maka membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman pelaksanaannya. Karena pendidikan harus secara fungsamental yang berazas filosofis yang menjamin tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, martabat bangsawan, kewibawaan dan kejayaan negara.
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya dan pranata sosial dalam menunjang proses pengembangan dan pembangunan nasional serta melestarikan nilai-nilai luruh budaya bangsa. Merencanakan kegairahan masyarakat untuk menumbuhkan kreaktivtas ke arah pembaharuan dalam usaha pendidikan yang tanpa kepribadian bangsa.
Pengertian kebudayaan dari beberapa ahli :
1.      Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat
2.      Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3.      Kotjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik dari manusia dengan belajar
4.      Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hiup yang diciptakan oleh manusia
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarkat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia danpat mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga diharapkan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
1.      suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2.      wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
3.      sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4.      pembeda manusia dengan binatang
5.      petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan
6.     pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain
7.      sebagai modal dasar pembangunan
Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di dalamnya.

Rabu, 04 Mei 2011

kewibawaan dalam pendidikan

Kewibawaan Dalam Pendidikan


1. Pengertian kewibawaan
Konsep kewibawaan di adopsi dari bahasa belanda yaitu” gezag” yang bersal dari kata” zeggen “ yang berarti” berkata “. Siapa perkataannya yang mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempnyai kewibawaan atau gezat terhadap orang itu.
Dalam pengertian umum yang berkembang dalam situasi dan kondisi dimasyarakat, kewibawaan sering pula diartikan sebagai sesuatu kelebihan yang dimiliki seseorang. Dengan kelebihan yang dimilikinya dia dihargai, dihormati, disegani, bahkan ditakuti orang lain atau kelompok masyarakat tertentu. Kelebihan itu bisa saja dalam berbagai dimensi yang dipunyai seseorang, mungkin kerena ilmu atau keahlian atau kepintarannya, kekayaannya, kekuatannya, kecakapanya, sifatnya, prilekunya atau kepribadiannya.
Kewibawaan yang dipunyai orang tua dengan kewibawaan yang dimilki oleh guru dalam pendidikan tentu saja ada persamaan dan perbedaanya. Orang tua adalah pendidik yang utama dan pertama dan sudah semestinya. Mereka adalah pendidik alami dan asli menerima tugas secara kodrati dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Karena itu sudah semestinya mereka mempunyai kewibawaan terhadap ana-anaknya.
Kewibawaan orang tua dapat dilihat dari dua sisi yaitu.
a. Kewibawaan pendidikan
Dalam hal ini orang tua bertujuan memelihara keselamatan anak-anaknya, agar mereka dapat hidup terus dan berkembang secara jasmani dan rohaninya menjadi manusia dewasa. Pembawa pendidikan itu berakhir jika anak itu sudah menjadi dewasa.
b. Kewibawaan keluarga
Orang tua merupakan kepala dari suatu keluarga tiap anggota keluarga harus patuh terhadap peraturan yang berlaku dalam keluarga dengan demikian orang tua sebgai kepala keluarga dan dalam hubungan kekeluargaanya mempunyai kewibawaan terhadap anggota keluarganya. Kewibawaan keluarga bertujuan untuk pemeliharaan dan keselamatan keluarga.
Kewibawaan guru dan tenaga kependidikan lainya sebagai pendidik bukan dari kodrat, melainkan karena jabatan yang diterimanya. Ia ditunjuk, diangkat dan diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh negara dan masyarakat oleh karena itu kewibawaan yang ada padanya pun berlainan dengan kewibawaan orang tua.
a. Kewibawan guru dalam pendidikan
Seperti halnya kewibawaan pendidikan yang ada pada orang tua, guru atau pendidik karena jabatan berkenaan dengan jabatanya sebagai pendidik, telah diserahi sebagian dari orang tua untuk mendidik anak-anak. Kewibawaan ppendidikan ini di batasi oleh banyyaknya anak-anak yang diserahakn kepadanya dan setiap tahun berganti murid.
b. Kewibawaan pemerintah
Disamping memiliki kewibawaan pendidikan guru atau pendidik karena jabatannya juga mempunyai kewibawaan pemerintah. Mereka di beri kekuasaan oleh pemerintah yang mengankatnya. Kekuasaan (kewibawaan) tersebut meliputi pimpinan kelas, disitulah anak-anak telah diserahkan padanya.
2. Fungsi Kewibawaan Dalam Pendidikan
Dalam pergaulan baru terdapat pendidikan, jika didalamnya telah dapat kepatuhan si anak. Tetapi tidak semua pergaulan merupakan pendidikan.
Satu-satunya pengaruh yang dapat dikatakan pendidikan adalah pengaruh yang menuju kedewasaan anak, untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya secara mandiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, tampak fungsi wibawa pendidikan adalah membawa si anak kearah pertumbuhanya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalaninya.
3. Penggunaan Kewibawaan Oleh Guru dan Pendidik Lainya
Kewibawaan pendidikan yang dimaksudkan disini adalah yang menolong dan memimpin anak kearah kedewasaan atau kemandirian. Oleh karena itu, penggunaan kewibawaan oleh guru dan tenaga kependidikan perlu didasari oleh faktor-faktor berikut:
a. Dalam menggunakan kewibawaan hendaklah didasarkan atas perkembangan anak sebagai pribadi.
b. Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif sendiri
c. Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaan atas dasar cinta kepada anak.
4. Kewibawaan dalam pendidikan
a. Kewibawaan dan pelaksanaan kewibawaan dalam keluarga, terutama dimaksudkan untuk melaksanakan berputernya roda masyarakat kecil. Dalam pendidikan pelaksanaan kewibawaan tujuannya untuk norma-norma itu, dengan wibawa itu pendidik hendak membawa anak agar mengetahui, memiliki, dan hidup sesuias dengan norma-norma.
b. Pelaksanaan kewibawaan dalam kependidikan harus berdasarkan perwujudan norma dalam diri si pendidik. Oleh karena itu wibawa dan pelaksanaannya mempunyai tujuan membawa anak ketingkat kedewasaan.
5. Kewibawaan dan identifikasi
Dalam setiap macam kewibawaan terdapat suatu identifikasi sebagai dasar. Artinya, dalam melakukan kewibawaan si pendidik mempersatukan dirinya dengan yang dididik, juga sebaliknya. Dalam kaitan ini identifikasi mengandung arti si pendidik mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan dan kebahagian si anak. Jadi, si pendidik akan mewakili patah hati anak didiknya untuk sementara. Dan yang kedua si anak mengidentifikasi dirinya terhadap pendidiknya.
Ada dua kemungkinan cara mengidentifikasi anak yaitu yang pertama ia dapat sama sekali melenyapkan dirinya menurut sempurna, tidak menentang perintah dan larangan di lakukan secara pasif saja. Yang kedua karena ikatan dengan sang pemegang wibawa (pendidik) terlalu kuat sehingga merentangi perkembangan “aku” anak itu.
Kesimpulan, identifikasi pada diri seorang anak mulanya tertuju pada diri pribadi pendidiknya, kemudian tertuju pada nilai-nilia dan normanya, kelaknya lebih melepaskan lagi dari pendidiknya, dan lebih lagi menunjukkan dirinya kepada nilai-nilai dan norma itu. Jelas bahwa fungsi kewibawaan adalah pendidikan adalah membuat si anak nilai-nilai dan norma-norma hidup.